Kandungan QS. Al-Kautsar
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)
Artinya :
“Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. (1) Maka dirikanlah salat
karena Tuhanmu dan berkorbanlah.
(2) Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (3)”
Surah al-Kautsar turun sebelum Nabi
Muhammad hijrah ke Madinah. Oleh karena itu surat
ini tergolong sebagai surat
Makiyah. Terdiri dari 3 ayat dan merupakan wahyu ke-14 atau ke-15. Ia turun
setelah surat
al-‘Adiyat dan sebelum at-Takatsur. Al-Kautsar artinya nikmat yang banyak. Namun
ada juga yang mengartikannya sebagai sungai di surga. Nama lain dari al-Kautsar
adalah an-Nahr.
Surat al-Kautsar turun berkaitan dengan
ejekan kaum kafir Quraisy terhadap diri Nabi Muhammad saw. Mereka mengatakan
bahwa keturunan beliau tidak akan banyak dan tidak berlanjut. Hal ini mereka
lakukan ketika salah satu putra beliau meninggal dunia. Sebagai budaya orang
Arab, garis keturunan seseorang diturunkan melalui anak lelaki bukan anak
perempuan. Dan pada saat itu, keturunan Nabi Muhammad yang masih hidup adalah
anak-anak perempuan. Inilah yang menyebabkan beliau diejek sebagai orang yang
tak berketurunan. Padahal dari Fathimah az-Zahrah yang bersuamikan Ali bin Abi
Thalib, Nabi Muhammad mempunyai dua orang cucu : Hasan dan Husein. Dan kedua
cucu beliau mempunyai anak-cucu. Ini berarti bahwa keturunan beliau tidak
terputus.
Melalui surat ini Allah ingin membantah tudingan kaum
Musyrikin yang ditujukan kepada Nabi Muhammad. Bahkan sebaliknya, karena
tudingan tersebut rahmat dan karunia Allah kepada mereka akan diputus, sebagai
hukuman terhadap mereka. Bantahan ini merupakan salah satu bentuk karunia Allah
kepada Nabi Muhammad yang patut untuk disyukuri.
Disamping nikmat diatas, Allah juga
telah dan akan terus menganugerahkan nikmat kepada beliau. Oleh karena itu,
sudah sepantasnyalah beliau bersyukur kepada-Nya. Adapun bentuk syukur yang
Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad saw adalah dengan beribadah kepada-Nya.
Yakni, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan
ibadah yang paling besar nilainya dihadapan Allah adalah shalat dan berqurban.
Shalat menjadi bukti keimanan kita
kepada Allah. Sedangkan berqurban adalah tanda ketaatan kita kepada-Nya.
Sebagai seorang mukmin yang mengaku beriman dan patuh kepada Allah belum bisa
dipercaya sebelum mendapatkan ujian. Dan belum sempurna keimanan seseorang
sebelum mendapatkan ujian dari Allah. Karena iman adalah kepercayaan yang
diucapkan dan dibuktikan dalam perbuatan. Oleh karena itu setiap orang mukmin
pasti akan mendapatkan ujian dari Allah, sebagaimana firman Allah berikut ini:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ
مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155)
Artinya :
“Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar,” (QS. Al-Baqarah [2]: 155)
Dari
ayat diatas, jelas sekali bahwa setiap orang mukmin pasti akan diberikan cobaan
oleh Allah. Dan cobaan itu datang dalam dua bentuk, yaitu musibah dan
kenikmatan. Adapun dalam bentuk musibah adalah perasaan takut, kelaparan,
kekurangan harta, ditinggal oleh orang yang kita cintai dan lain-lain.
Sedangkan dalam bentuk kenikmatan diantaranya yaitu : rezeki yang melimpah,
anak keturunan yang baik, bentuk badan yang rupawan dan lain sebagainya.
Pernyataan ayat diatas membantah
anggapan kaum kafir yang mengatakan bahwa cobaan itu hanya berupa sesuatu yang
tidak menguntungkan dan itu adalah penghinaan dari Tuhan. Sedangkan kenikmatan
(rezeki) bukan merupakan tanda kemuliaan yang Ia limpahkan kepada mereka.
sebagaimana firman Allah :
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا
مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِي
(15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي
أَهَانَنِ (16)
Artinya :
“Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka
dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". (QS. Al-Fajr [89] : 15-16)
Komentar