Lurus dan Istiqamah Dalam beribadah
Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk
beribadah kepada Allah. sebuah ibadah yang sempurna di mata Allah harus
memenuhi setidaknya memenuhi dua unsur :
- lurus sesuai dengan yang digariskan dalam al-Quran :
Padahal mereka tidak
disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah : 5)
- ibadah tersebut dilakukan secara istiqamah (kontinu)
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushilat : 30)
ayat ini menjelaskan
bahwa jika seorang hamba telah menjalankan ibadah dengan istiqamah maka akan
selalu mendapatkan perlindungan dari para malaikat baik selama hidup di dunia
maupun di akhirat nanti
Menurut
Ja’far as-Shadiq, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad al-Ghazali dalam
kitabnya Raka’izul Iman, mengemukakan bahwa hakikat ibadah terdiri dari tiga
unsur pokok :
- seorang hamba tidak menganggap yang berada dalam genggaman tangannya sebagai miliknya, karena yang dinamakan dengan hamba tidak memiliki sesuatu
- segala usahanya hanya menuruti apa yang diperintahkan oleh tuannya
- selalu mengerjakan sesuatu berdasarkan izin dan restu dari tuannya
apa
yang disampaikan oleh Ja’far as-Shadiq diatas merupakan makna ibadah sesuai
dengan yang digambarkan al-Qur’an dalam surat Al-Bayyinah : 5 diatas, yakni dinul
qayyimah (agama yang lurus) (wama umiru illa liya’budullaha mukhlisina lahudin
hunafa’a wa yuqimus shalata wa yu’tuz zakaata wa dzalika dinul qayyimah
Kedua
unsur diatas (lurus dan istiqamah) merupakan doa yang selalu kita panjatkan
kepada Allah minimal 17 kali dalam sehari-semalam, yaitu saat kita membaca
surat al-Fatihah : 6-7 (ihdinas siratala mustaqim). Kata al-Mustaqim
berasal dari kata “istaqamah” yang mempunyai arti lurus dan kontinu. Sehingga jika
kita lihat secara bahasa kata mustaqim mempunyai arti orang-orang yang lurus
dan istiqamah dalam beribadah. Jadi yang dimaksud dengan jalan yang lurus dalam
ayat tersebut adalah menjalankan agama sesuai dengan perintah Allah dan
dijalakukan secara terus menerus/ kontinu (istiqamah). Bentuk ibadah yang
seperti ini merupakan jalan yang diajarkan oleh mereka yang dalam surat
al-Fatihah disebut sebagai orang-orang yang telah Allah berikan nikmat, yaitu para
nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Sebagamana firman Allah Swt : :
Dan
barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya.(QS. An-Nisa: 69)
Komentar