Lurus dan Istiqamah Dalam beribadah



 Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. sebuah ibadah yang sempurna di mata Allah harus memenuhi setidaknya memenuhi dua unsur :
  1. lurus sesuai dengan yang digariskan dalam al-Quran :
 Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah : 5)

  1. ibadah tersebut dilakukan secara istiqamah (kontinu)
 Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushilat : 30)

ayat ini menjelaskan bahwa jika seorang hamba telah menjalankan ibadah dengan istiqamah maka akan selalu mendapatkan perlindungan dari para malaikat baik selama hidup di dunia maupun di akhirat nanti

Menurut Ja’far as-Shadiq, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad al-Ghazali dalam kitabnya Raka’izul Iman, mengemukakan bahwa hakikat ibadah terdiri dari tiga unsur pokok :
  1. seorang hamba tidak menganggap yang berada dalam genggaman tangannya sebagai miliknya, karena yang dinamakan dengan hamba tidak memiliki sesuatu
  2. segala usahanya hanya menuruti apa yang diperintahkan oleh tuannya
  3. selalu mengerjakan sesuatu berdasarkan izin dan restu dari tuannya

apa yang disampaikan oleh Ja’far as-Shadiq diatas merupakan makna ibadah sesuai dengan yang digambarkan al-Qur’an dalam surat Al-Bayyinah : 5 diatas, yakni dinul qayyimah (agama yang lurus) (wama umiru illa liya’budullaha mukhlisina lahudin hunafa’a wa yuqimus shalata wa yu’tuz zakaata wa dzalika dinul qayyimah

Kedua unsur diatas (lurus dan istiqamah) merupakan doa yang selalu kita panjatkan kepada Allah minimal 17 kali dalam sehari-semalam, yaitu saat kita membaca surat al-Fatihah : 6-7 (ihdinas siratala mustaqim). Kata al-Mustaqim berasal dari kata “istaqamah” yang mempunyai arti lurus dan kontinu. Sehingga jika kita lihat secara bahasa kata mustaqim mempunyai arti orang-orang yang lurus dan istiqamah dalam beribadah. Jadi yang dimaksud dengan jalan yang lurus dalam ayat tersebut adalah menjalankan agama sesuai dengan perintah Allah dan dijalakukan secara terus menerus/ kontinu (istiqamah). Bentuk ibadah yang seperti ini merupakan jalan yang diajarkan oleh mereka yang dalam surat al-Fatihah disebut sebagai orang-orang yang telah Allah berikan nikmat, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Sebagamana firman Allah Swt : :

Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.(QS. An-Nisa: 69)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kandungan QS. Al-Kautsar

Kandungan QS. Al-Humazah

Kandungan QS. Al-Insyirah